Empty Sella Syndrome (ESS) adalah kondisi medis yang cukup langka namun penting untuk dipahami. ESS terjadi ketika sella turcica, yaitu rongga tulang di dasar tengkorak yang biasanya menampung kelenjar pituitari, terlihat kosong atau sebagian besar kosong. Mengetahui penyebab penyakit Empty Sella Syndrome adalah langkah awal yang krusial untuk memahami dan mengelola kondisi ini. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam tentang apa penyebab penyakit Empty Sella Syndrome, baik yang primer maupun sekunder, serta bagaimana kondisi ini bisa mempengaruhi kehidupan sehari-hari.
Pengertian Empty Sella Syndrome
Sebelum membahas penyebabnya, mari kita pahami dulu apa itu Empty Sella Syndrome. ESS dibagi menjadi dua jenis utama: ESS primer dan ESS sekunder. ESS primer terjadi karena faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sella turcica sejak lahir. Sedangkan ESS sekunder terjadi akibat kondisi medis atau prosedur yang mempengaruhi kelenjar pituitari dan rongga sella turcica.
Penyebab Empty Sella Syndrome Primer
ESS primer biasanya berkaitan dengan faktor anatomis dan genetik yang mempengaruhi struktur sella turcica dan kelenjar pituitari. Beberapa penyebab ESS primer antara lain:
1. Kelemahan Diafragma Sellae
Diafragma sellae adalah membran tipis yang menutupi sella turcica. Jika membran ini lemah atau tidak berkembang dengan baik, cairan serebrospinal dapat masuk ke sella turcica dan menekan kelenjar pituitari, menyebabkan tampilan kosong pada sella turcica.
2. Tekanan Intrakranial yang Tinggi
Tekanan cairan serebrospinal yang meningkat dapat mendorong kelenjar pituitari keluar dari sella turcica, membuatnya terlihat kosong pada pencitraan radiologis. Tekanan ini dapat disebabkan oleh berbagai kondisi seperti obesitas atau hipertensi intrakranial idiopatik.
3 Kelainan Kongenital
Beberapa orang mungkin dilahirkan dengan kelainan pada sella turcica atau kelenjar pituitari yang membuat mereka lebih rentan terhadap ESS.
Baca juga: Sejarah Hari Kebangkitan Nasional, Semangat Persatuan Bangsa!
Penyebab Empty Sella Syndrome Sekunder
ESS sekunder sering kali disebabkan oleh intervensi medis atau kondisi medis lain yang mempengaruhi kelenjar pituitari. Beberapa penyebab ESS sekunder meliputi:
1. Operasi Pituitari
Prosedur bedah yang melibatkan kelenjar pituitari, seperti pengangkatan tumor pituitari, dapat meninggalkan sisa rongga kosong di sella turcica.
2. Terapi Radiasi
Radiasi yang digunakan untuk mengobati tumor otak atau pituitari dapat merusak jaringan pituitari dan menyebabkan ESS.
3. Cedera Kepala
Trauma kepala yang parah dapat mengakibatkan kerusakan pada struktur di sekitar sella turcica, menyebabkan kelenjar pituitari tertekan atau bergeser.
4. Infeksi atau Peradangan
Kondisi medis seperti meningitis atau sarcoidosis dapat menyebabkan peradangan di otak dan kelenjar pituitari, yang dapat mengarah pada ESS.
5. Tumor Pituitari
Tumor di atau sekitar kelenjar pituitari dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi sella turcica, yang pada akhirnya dapat menyebabkan ESS.
Gejala Empty Sella Syndrome
Gejala ESS bisa sangat bervariasi dan tidak semua orang dengan ESS akan mengalami gejala. Beberapa gejala yang mungkin terjadi antara lain:
1. Sakit Kepala
Gejala yang paling umum adalah sakit kepala yang bisa berkisar dari ringan hingga parah.
2. Gangguan Penglihatan
Karena sella turcica berada dekat dengan saraf optik, ESS dapat menyebabkan gangguan penglihatan seperti penglihatan kabur atau kehilangan penglihatan sebagian.
3. Masalah Hormonal
Kelenjar pituitari mengatur banyak hormon penting dalam tubuh. ESS dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon seperti hipopituitarisme, yang dapat mempengaruhi berbagai fungsi tubuh.
4. Kelelahan dan Kelemahan
Ketidakseimbangan hormon dapat menyebabkan kelelahan kronis dan kelemahan otot.
5. Disfungsi Seksual
Pada pria, ESS dapat menyebabkan disfungsi ereksi, sementara pada wanita dapat menyebabkan menstruasi tidak teratur atau infertilitas.
Diagnosis Empty Sella Syndrome
Untuk mendiagnosis ESS, dokter akan melakukan beberapa langkah berikut:
1. Riwayat Medis dan Pemeriksaan Fisik
Dokter akan mengumpulkan informasi tentang gejala yang dialami pasien dan melakukan pemeriksaan fisik untuk mencari tanda-tanda yang mungkin mengindikasikan ESS.
2. Pencitraan
Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau Computed Tomography (CT) scan adalah metode pencitraan yang digunakan untuk melihat kondisi sella turcica dan kelenjar pituitari. Pada ESS, sella turcica akan tampak kosong atau sebagian besar kosong.
3. Tes Hormonal
Tes darah digunakan untuk mengukur kadar hormon yang diproduksi oleh kelenjar pituitari. Ketidakseimbangan hormon dapat mengindikasikan adanya ESS.
Pengobatan Empty Sella Syndrome
Pengobatan ESS bergantung pada gejala yang dialami oleh pasien. Jika ESS tidak menimbulkan gejala yang signifikan, mungkin tidak diperlukan pengobatan khusus dan kondisi ini hanya dipantau secara berkala. Namun, jika ada gejala yang mengganggu, beberapa langkah pengobatan yang dapat dilakukan meliputi:
1. Terapi Hormonal
Jika terjadi ketidakseimbangan hormon akibat ESS, terapi penggantian hormon mungkin diperlukan untuk mengatasi defisiensi hormon tertentu.
2. Pengobatan untuk Gejala
Misalnya, obat pereda nyeri untuk mengatasi sakit kepala atau terapi khusus untuk gangguan penglihatan.
3. Pemantauan Rutin
Bagi mereka yang tidak memerlukan pengobatan langsung, pemeriksaan rutin dengan dokter diperlukan untuk memantau perkembangan kondisi ini.
Pencegahan Empty Sella Syndrome
Mencegah ESS secara langsung mungkin sulit karena banyak faktor penyebabnya yang tidak dapat dihindari, terutama yang bersifat genetik atau kongenital. Namun, beberapa langkah dapat diambil untuk mengurangi risiko terkena ESS sekunder:
1. Mengelola Tekanan Darah
Mengendalikan tekanan darah tinggi dapat membantu mencegah peningkatan tekanan intrakranial yang dapat menyebabkan ESS.
2. Menghindari Cedera Kepala
Menggunakan alat pelindung saat beraktivitas yang berisiko tinggi terhadap cedera kepala dapat mengurangi kemungkinan trauma yang dapat memicu ESS.
3. Memantau Kesehatan Hormonal
Menjaga kesehatan hormonal dengan rutin memeriksakan diri ke dokter, terutama jika memiliki kondisi medis yang dapat mempengaruhi kelenjar pituitari.
4. Hati-hati dengan Prosedur Medis
Diskusikan risiko dan manfaat dari operasi atau terapi radiasi dengan dokter, terutama jika melibatkan kelenjar pituitari.
Hidup dengan Empty Sella Syndrome
Meskipun ESS bisa menjadi kondisi yang menantang, banyak orang yang hidup dengan kondisi ini dapat menjalani kehidupan normal dengan penanganan yang tepat. Penting untuk bekerja sama dengan dokter dalam mengelola gejala dan mengikuti rencana perawatan yang telah ditetapkan. Selain itu, dukungan dari keluarga dan teman-teman juga dapat membantu dalam mengatasi tantangan emosional dan fisik yang mungkin timbul.
Mengetahui apa penyebab penyakit Empty Sella Syndrome merupakan langkah penting dalam memahami kondisi ini dan mencari pengobatan yang tepat. ESS dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik yang bersifat anatomis, genetik, maupun akibat kondisi medis atau prosedur medis lainnya. Meskipun kondisi ini dapat menimbulkan gejala yang bervariasi, banyak orang dengan ESS dapat menjalani kehidupan yang normal dan sehat dengan pemantauan dan pengobatan yang tepat. Jika Anda atau orang yang Anda kenal mengalami gejala yang mencurigakan, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat. Dengan memahami penyebab dan pengelolaan ESS, kita dapat lebih siap dalam menghadapinya dan memberikan dukungan yang diperlukan bagi mereka yang mengalaminya.
Baca juga: Manfaat Retinol untuk Wajah, Awet Muda dan Bebas Jerawat!